Ambisiku
Aku duduk terpaku membayangkan skenario Tuhan selama ini tentang hidupku,
lalu terpikir skenario apa lagi yang diberikan Tuhan untukku, akankah skenario
itu sesuai dengan jiwaku, akankah skenario itu sesuai yang diiginkan
keluargaku. Hidupku untuk Tuhan-ku dan keluargaku, akankah keluargaku bangga
dengan jalan hidupku nantinya, akankah Tuhan menempatkanku dalam golongan yang Ia kasihi. Beribu tanda tanya melayang
dalam pikiranku. Hingga akhirnya aku sadar, tiada gunanya ku hanya terpaku
dalam angan-angan semata. Aku tahu bahwa aku adalah artis dan Tuhan-lah sang
pemegang skenarionya tapi bukan berarti aku tidak boleh melakukan improvisasi,
aku harus menentukan jalan apa yang harus kutempuh, aku harus memutuskan apa
yang ingin aku capai di masa depan, yang semua itu kutuangkan dalam sebuah
catatan untuk lebih mengkonkretkan ambisiku, karena aku ingin hidup dengan
mimpi bukannya hidup dalam mimpi.
Sebagai seorang muslim, saya pikir mereka semua (saudara seimanku) ingin
bergelar Soleh dan Solehah. Ya itulah hal terbesar yang aku inginkan. Sebuah
gelar atau predikat yang begitu istimewa, dan begitu sulit untuk aku raih. “Ya
Allah aku rindu akan cahayamu”.Aku ingin menjadi barang etalase yang mahal,
bukan barang di jalanan yang bebas disentuh siapa saja, aku ingin menjadi
perhiasan terindah yang ada di dunia. Sebagai mana Hadis Riwayat Muslim: “Dunia
ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita solehah”.
Wanita solehah adalah ambisi spiritualku, yang aku yakin tidak hanya
membuatku meraih surga dunia (telapak kaki dan ridha Ibu) tetapi juga membuatku
meraih surga abadi yaitu surga akhirat. tapi ada ambisi lain yang kumiliki,
yaitu Go Abroad. Sulit untuk ditafsirkan, tentang begitu besarnya keinginan tuk
meraih ambisi ini, tapi tidak bisa aku pungkiri bahwasanya salahsatu alasan
mungkin karena adaya perasaan bangga, baik perasaan bangga dari diriku sendiri
dan pasti perasaan bangga dari keluargaku yang tidak mampu kubayangkan begitu
bahagia dan bangganya mereka melihatku kesana karena prestasi. Sebenarnya ada
dua negara dalam benakku yang ingin ku kunjungi, pertama Cairo. Cairo negeri
seribu menara, Cairo negeri para Nabi. Jujur ku sering berilusinasi
berada di
sana. Membayangkan begitu luasnya padang pasir, membayangkan begitu
indahnya sungai Nil, dan begitu bersejarahnya setiap sudut daerah itu.
Ilusinasi itu berawal sejak aku sering membaca Novel dari Habiburrahman
El-Zhyrazy. . Bukannya kupesimis dengan
ambisiku yang satu ini, tapi dengan modal bahasa arab yang jangankan
dikatakan pasih, dikatakan lumayanpun
rasanya tidak pantas. Jadi akhirnya ku banting stir pesawatku, fokus pada
negara kedua yaitu Amerika. Tetapi bukan berarti aku melupakan Cairo tapi
sepertinya ada baiknya aku mendalami jurusanku dulu kemudian melanjutkan bagaimana caranya meraih ambisi
itu juga. Kembali pada Amerika, kalau ditanya kenapa memilih Amerika. Aku tidak
tahu kenapa, mungkin karena Amerika merupakan negara Adikuasa, atau mungkin
karena presiden Amerika Barack Obama pernah tinggal di Indonesia. Tapi yang pasti,
Aku ingin mendalami jurusanku di sana, Aku ingin melanjutkan studiku di sana.
Aku ingin menjadi orang yang berkualitas karena “jika kita memiliki kualitas,
orang akan membutuhkan kita. Mereka akan mengejar kita dan mengikuti apa
permintaan kita”. Tetapi selain berkualitas rasanya kurang jika Aku tidak
mempunyai adab karena seperti yang diriwayatkan Khalifah Abdul Malik bahwa
“Semulia-mulia manusia ialah orang yang mempunyai adab yang merendah diri
ketika berkedudukan tinggi, memaaf ketika berdaya membalas dan bersikap
adil ketika kuat”. Kembali kutersadar,
begitu indahnya skenario Tuhan untukku. Aku yang bernama Aryana Nurul Karimah
yang berarti Aryana yang mencahayai kebaikan berada di Universitas Islam Negeri
di Makasar dan lebih terspesialnya lagi berada dalam naungan Fakultas Adab dan
Humaniora, akankah ini semua merupakan skenario yang akan menjadikanku insan
yang berakhlatul karimah? Amin
Menjadi wanita solehah, Go Abroad. Lalu pekerjaan apa yang Aku inginkan?
Walau dalam Islam tidak wajib bagi seorang wanita mencari nafkah, tetapi
buatku karier itu penting dengan catatan tidak mengabaikan keluarga. Jadi Aku
ingin menjadi wanita karir, Aku terlahir dari keluarga yang mayoritas bekerja
dalam dunia pendidikan sebagai guru. Awalnyapun, Aku ingin seperti mereka
tetapi Aku tidak berada pada jurusan pendidikan dan keguruan jadi kembali Aku
membanting stir dengan sebuah statement baru bahwa “Jika Aku tidak mampu
menjadi guru kenapa tidak untuk menjadi dosen”. Dosenpun menjadi ambisiku
sekarang, Aku ingin seperti pepatah bugis yaitu “Mattola palallo” yang berarti
bisa lebih berhasil dari keluarganya.
Wanita solehah, Go Abroad dan dosen, teryata banyak ambisi juga yang Aku
miliki. Tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang, apa yang harus Aku lakukan
untuk meraih itu semua?
Dalam Q.S. Al-Najm (53) : 39 “Dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. Berdasarkan ayat tersebut maka
Aku berpikir bahwa hal pertama yang harus Aku lakukan untuk meraih semua
ambisiku yaitu merubah kebiasaanku. Karena memang kebiasaanlah yang membuat
kita berbeda dengan orang lain, seperti yang di ungkapkan Albert Einstein “We
have the same time but different habit”. Kebiasaan yang akan membuatku meraih
skenario yang kuinginkan, dan kebiasaan yang membuatku mendapatkan peran yang
kuharapkan.......
Komentar
Posting Komentar