"Ia" dan "Dia"




Sebagian dari yg lain mungkin hanya menggerutu akan hujan yg membuat mereka kuyup, tpi "ia" seakan merefleksikan butiran-butiran yg ditumpahkan langit layaknya kenangan "ia" dengan "dia". "Uncountable" tak terhitung lagi.

Ketika susunan kata hanya menjadi karya yang dinikmati bagi yg lain. Tapi tidak dengannya! Ia melihat susunan cerita tentang "ia" dan "dia" begitu padat, tak berspasi.

Kala mimpi bermetamorfosis menjadi teka-teki dan tak lagi sekedar bunga tidur.
Teka-teki bak pluit tuk membuat "ia" siap akan kabar terburuk yg menyapa.

Saat jalanan itu bukan hanya jalan. Tapi pembangkit kisah "ia" dan "dia". Layaknya cinta, harapan, mimpi menggoda tuk dikenang. Bahkan untaian kalimat "dia" tuk "ia" masih saja menampar gendang telinganya. .
.
Shakespeare pernah berkata "Past is a prolog". "Dia" telah menjadi prolog nan panjang tuk "ia", hingga bukan lagi prolog yg "ia" butuhkan tp "future". "Ia"pun tak harus melupakan semua tentang "dia" krna itu "kemustahilan". "Ia" hanya harus terbiasa hingga cerita mereka tetap ada tapi rasa yang tak terasa krna faktanya hati memang harus terbiasa akan sesuatu yg hanya menyapa..
.
.
_AA_
6/11/16
*for a friend

Komentar