Bicara Rasa-Kata Perempuan

Aku Perempuan 

Dulu…aku pernah menggugat takdir karena lahir dalam wujud perempuan. Doktrin yang tumbuh dalam mindsetku begitu kuat memenjarakan logikaku pada apa dan bagaimana seharusnya perempuan itu. Sejuta satu aturan mengikat kaki dan tanganku untuk mengenal dunia setapak demi setapak. Mulai dari larangan menggoyangkan kaki saat duduk, larangan bermain mobil dan robot, harus cuci piring sehabis makan, membantu ibu di dapur, tidak boleh berada di tempat yang banyak laki-laki ngumpul, aturan jam malam, dan banyak lagi. Ah, memoriku rupanya sudah mulai menghapusnya satu per satu. 

Memang kenapa jika aku perempuan? Ini judul sebuah lagu yang juga mewakili pertanyaan besar di benakku waktu itu. Tapi sayangnya lagu ini baru kudengar dua atau tiga tahun sebelum hari ini. Lahir sebagai perempuan menjadi semacam “kutukan” bagiku. Jiwaku yang ingin mengenal dunia makro tertahan di balik jeruji norma yang dibentangkan zaman. Salah orang tuaku kah? Sepertinya tidak. Mereka pun adalah anak-anak bumi yang lahir di zaman yang tentu saja membentuk mereka menjadi diri mereka saat mengasuhku. Salah masyarakatkah? Sepertinya juga tidak. Karena katanya tak ada yang salah dari apa yang sudah tertulis. Jadi intinya, tak ada kambing yang ingin dihitamkan. Konflik ini memang harus ada supaya manusia bisa terus belajar dan mencari solusi dari urutan sebab akibat hidupnya masing-masing. 

Aku lahir dalam bentuk perempuan karena kuharus belajar tentang apa dan bagaimana seharusnya perempuan. Bukan hanya terus bertanya, tapi mencari jawab dan menyelami hakikat.  Dulu…pikiranku tentu tak seperti apa yang kutulis di kertas ini karena kertas yang ada tak cukup untuk menjelaskan pemberontakanku. 

Kini…

Bening air mata selalu menggenang setiap kumerenungi makna demi makna hadirku sebagai perempuan. Hawa diciptakan untuk melengkapi Adam, Sang Manusia Pertama, demi lahirnya peradaban di setiap lekuk-liku bumi ini. Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam yang membuatku makin paham bahwa keduanya adalah satu. Jadi kenapa bertanya lagi toh pada Hawa ada Adam dan pada Adam ada Hawa. Satu dalam wujud beda. Sebab untuk sebuah akibat. Dipisahkan untuk saling menemukan. 

Kehidupan, tanpa perempuan, tak pernah ada. Jika surga saja diletakkan di telapak kakimu, maka siapa sebenarnya dirimu?
Aku Perempuan



Katanya sesuatu menjadi masalah
Jika itu dianggap masalah
Awalnya pun tak ingin menganggap semua ini masalah
Tapi nyatanya,
Tak bisa selalu menutup mata
Sebab menjadi perempuan, ada pihak yang memasalahkannya

Jauh sebelum hari ini, anak-anak disiapkan liang lahatnya
Sebab ia perempuan
Lalu di belahan bumi lain, di jaman ini
Bayi-bayi tak sempat dilahirkan
Sebab ia perempuan
Lainnya, ia tidak dianggap atau diharapkan
Sebab ia perempuan 

Dewasanya
Pilihan yang diambil atau dibuat pun dimasalahkan
Penampilan unik tidak diindahkan
Standarisasi cantik dirumuskan
Bersekolah dibatasi dengan ditakut-takuti
Lalu yang bekerja,
ditanyai: jadi ibu atau tetap bekerja

Kemudian, saat sebenarnya masalah ada
Mereka tak ada
korban kembali menjadi korban
Saat menolak bungkam, tak ada payung perlindungan
Sebab kata SULIT menjadi solusi si pembuat aturan 

iyya, katanya seSULIT itu
Sebab itu
Untukmu sesama,
Jika tidak kau tawarkan solusi
Ada simpati dan empati

Untukmu sesama
Darimu jangan ada opresi
Karena nyatanya ini bukan kompetisi
Baiknya, kolaborasi
Saling mengasihi
Menyebarkan cinta sang maha kasih
Karena kamu memang tidak memilih
Tapi kamu dipilih
Untuk menjadi perempuan
Menjadi representasi akan lembut dan cinta Pecinta
Menjadi bumi, tempat bersemayamnya kehidupan
Menjadi rahim Pencipta


Kamu, jadilah pembelajar, dengan begitu kamu akan mampu menilai dunia dengan wajar

Teruslah belajar, dan kamu akan temukan peran, fungsi, dan posisi yang tepat untukmu di hidup ini

Teruslah belajar, dan lihat ada begitu banyak hal yang membatasimu tanpa kamu sadari.

Belajarlah untuk menerima dirimu seutuhnya, kelebihanmu juga kekuranganmu, yang mencintaimu, yang juga membencimu.

Belajarlah untuk berani mempertahankan dan melepaskan yang datang padamu.

Belajarlah dari siapapun, kapapun, dimanapun kamu berada.

Dan Kisah Perempuan lain adalah awal yang tepat untukmu belajar.

Komentar

Postingan Populer