Bicara Rasa-Kata Perempuan
Aku Perempuan Dulu…aku pernah menggugat takdir karena lahir dalam wujud perempuan. Doktrin yang tumbuh dalam mindsetku begitu kuat memenjarakan logikaku pada apa dan bagaimana seharusnya perempuan itu. Sejuta satu aturan mengikat kaki dan tanganku untuk mengenal dunia setapak demi setapak. Mulai dari larangan menggoyangkan kaki saat duduk, larangan bermain mobil dan robot, harus cuci piring sehabis makan, membantu ibu di dapur, tidak boleh berada di tempat yang banyak laki-laki ngumpul, aturan jam malam, dan banyak lagi. Ah, memoriku rupanya sudah mulai menghapusnya satu per satu. Memang kenapa jika aku perempuan? Ini judul sebuah lagu yang juga mewakili pertanyaan besar di benakku waktu itu. Tapi sayangnya lagu ini baru kudengar dua atau tiga tahun sebelum hari ini. Lahir sebagai perempuan menjadi semacam “kutukan” bagiku. Jiwaku yang ingin mengenal dunia makro tertahan di balik jeruji norma yang dibentangkan zaman. Salah orang tuaku kah? Sepertinya tidak. Mereka pun adalah...